Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Anak petani Tanjung yang cakap

Rasa bingung dan berbagai pertanyaan berkecamuk dalam dada. Apa ya pekerjaan yang cocok bagi saya? Bagaimana saya menentukan masa depan saya? Dan masih banyak lagi berbagai pertanyaan yang timbul  ketika seseorang lulus dari bangku sekolah, entah lulus SMA maupun perguruan tinggi. Dahulu sebelum lulus mungkin anda pernah berfikir, dengan selembar kertas ijazah maka nantinya akan dengan mudah mendapatkan pekerjaan. Atau mungkin anda justru tidak pernah memikirkannya sama sekali?

Persaingan hidup semakin ketat, selembar ijazah tidak akan bisa menjamin anda mendapatkan pekerjaan. Coba tengoklah kakak-kakak kalian yang lulus dengan begitu saja tanpa banyak tahu apa yang telah ia genggam dari kelulusannya. Setiap tahun negeri ini meluluskan ratusan juta anak didik dari sekolah ataupun kampusnya. Mau kemanakah mereka setelah itu? Mungkin anda menjawab dengan bangga, "Ya bekerja dong! Saya kan telah lulus sarjana!"

He hee.., sekali lagi, ijazah tidak akan menjamin mendapatkan pekerjaan dengan mudah. Saya contohkan teman masa kecil saya Sukatno. Dia hanyalah seorang anak petani seperti saya yang lulus SMA saja tanpa meneruskan ke perguruan tinggi. Tetapi apa yang ia lakukan sekarang? Percayakah anda bahwa dia sekarang telah membawahi beberapa karyawan dengan minimal ijazah S1 di sebuah perusahaan perkapalan di Jakarta? Jika anda tidak percaya, tanyalah sendiri kepadanya.

Sukatno (jika di facebook Be-Ge Papa Dau) sekarang bisa dianggap sukses, tetapi bukan karena ijazahnya. Sejak dibangku sekolah ia suka berorganisasi, mengeluarkan ide-ide positif. Tidak itu saja, di kampung halamannya (Tanjung) dia telah banyak merealisasikan banyak hal untuk karang taruna dan kemajuannya.

Sekilas ia tampak cengengesan, seadanya, gemblung dan tak peduli. Namun, ketika suatu saat ia diminta atau tidak diminta mengatasi sesuatu maka bertindaklah ia. Kebiasaan mengeluarkan berbagai ide ketika di berorganisasi sekolah maupun di karang taruna ia terbawa ke tempat ia bekerja sekarang ini. Hal inilah yang membuat ia dicintai atasannya sekaligus disegani bawahannya, hingga ia dengan pasti naik pangkat tiap tahunnya.

Bagaimanakah ia bisa meraih posisinya yang sekarang? Tidak semudah dan secepat saya menuliskannya. Berbagai hal sulit dan rumit telah berulang kali menabrak dan menghajarnya. Sukatno pernah menjadi pedagang HIK (Hidangan Istimewa Kampung), tak puas dengan itu ia merantau ke Jakarta dan tak malu menjadi karyawan pabrik roti. Setiap hari ia bersepeda berputar keliling perumahan untuk menjual dagangannya. Tak lama ia dipercaya mengepalai beberapa pedagang lainnya. Beberapa tahun menjadi penjual roti, karena sesuatu dan lain hal ia keluar dan mencari pekerjaan lain. Tak lama ia mendapatkan pekerjaan yang ia tekuni sekarang. Satu persatu kendala dilaluinya tanpa keluh kesah, kesulitan satu dilaluinya hingga ia menjadi seorang yang semakin kuat.

Tetapi, apakah posisi Sukatno saat ini enak? Tidak! Dia mempunyai tanggung jawab yang lebih besar daripada sebelumnya ketika ia masih menjadi karyawan biasa. Ibarat pepatah "Semakin tinggi suatu pohon maka akan semakin kencang angin yang menerpanya". Tetapi anak Tanjung pantang mundur, Sukatno akan terus merangsek ke depan.
***

Bukan posisi Sukatno sekarang yang telah menjadi orang sukses, tetapi yang terpenting bagaimana ia melalui berbagai ujian hidup dengan kecakapannya. Keberhasilan seseorang tidak datang begitu saja, ia harus menjalani proses panjang yang tidak mudah. Dalam hal ini ketekunan, keteguhan dan kecakapan benar-benar dibutuhkan untuk menghadapainya. Biasakan diri belajar pada pengalaman sendiri dan banyaklah bertanya kepada orang-orang yang telah lebih baik daripada kamu.

Post a Comment for "Anak petani Tanjung yang cakap"