Slamet Daryanto menikahkan Diyan Utami
Beginilah saat salah satu warga anggota masyarakat Tanjung punya kerja. Semua warga yang dipimpin bapak ketua RT.01 Hadi Subagyo bergotong membantu memenuhi kebutuhan Bp. Slamet Daryanto. Bp. Slamet Daryanto yang biasa dipanggil Slamet Blendok akan menikahkah putri pertamanya yang bernama Diyan Utami yang akan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 2 Maret 2013.
Seperti biasa sebelum hari H dilaksanakan, 1 hari sebelumnya semua warga kami berkumpul untuk membagi tugas dalam rangka memenuhi kebutuhan apa saja yang yang bisa dibantu bersama. Pada tanggal 1 Maret 2013 semua warga Tanjung dan organisasi kepemudaan +KATAR BARETA berkumpul di rumahnya Bp. Slamet.
Masing-masing personil mempunyai tugas sesuai yang dibacakan Bp. RT.01 Hadi Subagyo. Pagi itu rumah Bp. Slamet hiruk pikuk oleh suara para warga yang bergotong-royong melaksanakan tugasnya masing-masing. Dengan canda tawa para orang tuapun bekerja sesuai tugasnya hingga selesai.
Lihatlah kerukunan bapak-bapak kami! Bergotong-royong bercucuran keringat dan untuk sementara rela melupakan kebutuhan pribadinya karena kesadaran mereka sendiri. Memikul meja, menarik gerobak, mencopot pintu dan sebaginya. Memikirkan apa yang kurang dalam pelaksaan penyambutan calon pengantin besok pagi adalah tugas mereka bersama. Yang punya rumah tidak lagi ikut campur memikirkannya.
Hal seperti ini sudah dilaksanakan sejak saya belum dilahirkan. Mengapa kerukunan seperti ini selalu melekat pada mereka. Karena mereka menyadari bahwa:
Jangan pecah-belah kami, ikat batin kami agar selalu saling menyayangi, hidup rukun tanpa pamrih di tanah kelahiran ini. Tanjung tanah tumpah darahku, jangan kotori dengan pengaruh-pengaruh dari luar yang dapat melunturkan kebersamaan warga kami.
Masing-masing personil mempunyai tugas sesuai yang dibacakan Bp. RT.01 Hadi Subagyo. Pagi itu rumah Bp. Slamet hiruk pikuk oleh suara para warga yang bergotong-royong melaksanakan tugasnya masing-masing. Dengan canda tawa para orang tuapun bekerja sesuai tugasnya hingga selesai.
Lihatlah kerukunan bapak-bapak kami! Bergotong-royong bercucuran keringat dan untuk sementara rela melupakan kebutuhan pribadinya karena kesadaran mereka sendiri. Memikul meja, menarik gerobak, mencopot pintu dan sebaginya. Memikirkan apa yang kurang dalam pelaksaan penyambutan calon pengantin besok pagi adalah tugas mereka bersama. Yang punya rumah tidak lagi ikut campur memikirkannya.
Hal seperti ini sudah dilaksanakan sejak saya belum dilahirkan. Mengapa kerukunan seperti ini selalu melekat pada mereka. Karena mereka menyadari bahwa:
"Manusia itu sejak lahir membutuhkan orang lain, bahkan hingga menjadi jasadpun masih membutuhkan orang lain untuk mengantarkannya ke pemakaman".
Jangan pecah-belah kami, ikat batin kami agar selalu saling menyayangi, hidup rukun tanpa pamrih di tanah kelahiran ini. Tanjung tanah tumpah darahku, jangan kotori dengan pengaruh-pengaruh dari luar yang dapat melunturkan kebersamaan warga kami.
Post a Comment for "Slamet Daryanto menikahkan Diyan Utami"